Kamis, 09 April 2015

Harga minyak dunia 9 april 2015

Liputan6.com, New York - Harga minyak terjatuh pada Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta) sehingga mencetak kerugian terbesar dalam dua bulan terakhir bagi para pelaku pasar. Penyebab merosotnya harga minyak tersebut karena kenaikan pasokan minyak mentah di Amerika Serikat (AS) yang mencatatkan rekor tertinggi mingguan dalam 14 tahun terakhir. Mengutip Wall Street Journal, Kamis (9/4/2014), harga minyak mentak jenis Light Sweet untuk pengiriman Mei turun US$ 3,56 atau 6,6 persen sehingga berlabuh ke level US$ 50,42 per barel di New York Mercantile Exchange. Penurunan tersebut mencatatkan rekor tertinggi dalam satu hari sejak 4 Februari lalu. Dengan penurunan tersebut, dari awal tahun harga minyak mentah di AS telah merosot 5,4 persen. Harga minyak Brent yang menjadi patokan harga global juga mengalami penurunan sebesar US$ 3,55 atau 6 persen menjadi US$ 55,55 per barel di ICE Futures Europe. Meskipun sudah di atas US$ 50 per barel, harga minyak saat ini masih 50 persen di bawah harga pada musim panas lalu. Penurunan harga minyak mentah terjadi karena cadangan minyak mentah di Amerika Serikat naik sebesar 10,9 juta barel pada akhir pekan lalu. The U.S. Energy Information Administration mengungkapkan, kenaikan tersebut merupakan kenaikan mingguan terbesar sejak Maret 2001. Dengan adanya tambahan cadangan tersebut, saat ini persediaan minyak mentah di AS mencapai 482,4 juta barel. Angka tersebut merupakan angka tertinggi mingguan sejak 1982 dimana persediaan minyak mentah di AS mulai tercatat. "Sentimen yang menggerakkan harga minyak mentah masih sama, kelebihan pasokan di pasar," jelas Analis IAF Advisors, Houston, AS, Kyle Cooper. Saat ini tidak ada satupun negara bagian di Amerika yang kekurangan pasokan minyak. Akibat penurunan harga minyak sejak akhir tahun lalu, beberapa perusahaan energi telah mengurangi pengeluaran hingga miliaran dolar. Jumlah rig pengeboran minyak di AS juta telah menurun tajam. Namun meskipun beberapa usaha tersebut dilakukan, perusahaan-perusahaan minyak di AS belum bisa membuat efisiensi yang signifikan. The U.S. Energy Information Administration juga mengungkapkan, produksi minyak mentah di AS naik di atas 9,4 juta barel para pekan lalu. Otoritas energi di AS tersebut berharap produksi minyak mentah bisa mengalami penurunan pada juni nanti karena telah mencapai puncaknya. Sebuah riset yang dilakukan oleh lembaga keuangan Goldman Sachs juga seirama dengan harapan dari The U.S. Energy Information Administration. Dalam riset tersebut, bulan ini adalah bulan dimana produksi minyak mentah di AS berada di puncak. Setelah melewati puncak, diharapkan pasokan minyak menjadi berkurang sehingga bisa mendorong kenaikan harga minyak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar